![]() |
Ket. Foto: Pius Yolan (KP PMKRI Makssar Periode 2019/2020 Bersama Jajarannya) |
MAKASSAR, VERBIVORA.COM - Pelantikan dan Serah Terima Jabatan Dewan Pimpinan Cabang PMKRI Cabang Makassar Sanctus Albertus Magnus Periode 2019/2020 dilaksanakan pada Selasa 14 Mei 2019 di Margasiswa. Dalam kesempatan yang sama sesudah pelantikan ada dialog publik yang konsen menyoroti fenomena pemilu yang baru saja berakhir.
Kegiatan tersebut mengangkat tema “Integritas Dalam Pembinaan dan
Perjuangan” dirangkai dengan dialog publik bertajuk “Merawat Tenun Persatuan
Untuk Indonesia Yang Dicita-citakan.” Pembicara pada dialog publik tersebut
yakni Pengurus Pusat PMKRI (Marsianus Wawo Daso), Andi Luhur Prianto (pengamat politik),
Marcellus Rantetana (akademisi), dan Marsel Hadu (praktisi hukum).
Krisdayanti Liling selaku ketua panitia pelaksana menyampaikan
bahwa kegiatan dihadiri oleh Pengurus Pusat PMKRI, anggota penyatu, pastor
moderator, Kepala Kesbangpol kota Makassar yang mewakili pemerintah kota
Makassar, anggota biasa PMKRI Cabang Makassar, teman-teman Cipayung plus kota
Makassar dan Keluarga Mahasiswa Katolik Se-kota Makassar berjumlah 150 orang.
Akhir-akhir ini, situasi bangsa Indonesia telah diwarnai ancaman perpecahan. Perpecahan itu mengakibatkan retaknya tali persatuan. Itu semua adalah Percikan emosional yang tidak terkontrol dengan baik, karena efek pemilu yang baru saja kita lewati pada 17 April 2019 lalu. Ada yang
menghargai prosesnya dengan cara yang kurang etis, ada pula yang
menghargai proses secara samar-samar, sehingga masyarakat di akar rumput yang menjadi korban, ungkap Andi Luhur Prianto
Marsel Hadu menyoroti soal dinamika politik yang berkembang pada pemilu terutama pilpres, telah mengondisikan anak bangsa terpisah satu dengan yang lain akibat perbedaan pilihan politik. Bukankah itu mengancam Bhineka Tunggal Ika? (sebagai jargon kehidupan berbangsa dan bernegara). Ujaran kebencian dan fitnah antar sesama anak bangsa tak dihentikan. Seakan kita tidak mempunyai pekerjaan lain yang harus diselesaikan.
Padahal, pembangunan manusia, menumbuhkan karakter dan menumbuhkan
mental kreatif untuk anak bangsa belum diselesaikan secara merata dan adil. Seakan kita tidak menyadari bahwa Indonesia adalah Negara yang majemuk? Jika retorika permusuhan tidak dihentikan,
kemanakah arah Indonesia
yang dicita-citakan? Marcellus Rantetana memberi penegasan pada aspek bagaimana
membangun manusia Indonesia ke depan.
Sementara itu, Pius Yolan dalam sambutannya
menegaskan bahwa, dengan situasi dan kondisi bangsa kita hari ini yang cukup tidak kondusif, mau tidak mau, suka tidak suka mahasiswa sebagai agen perubahan adalah harapan bangsa untuk tetap menjadi garda terdepan. Saya mengajak kepada seluruh anggota PMKRI agar tetap menjadi garam dan terang dunia dengan Yesus Kristus sebagai sang
teladan gerakan.
Marsianus Wawo Daso yang mewakili PP PMKRI
dalam kesempatan yang sama menekankan bahwa kader PMKRI harus menjadi pelopor persatuan. Bekerjasama dengan
masyarakat dalam menghadirkan suasana yang indah dan damai untuk Indonesia yang dicita-citakan. Mari
bersama-sama kita menenun kembali rasa persatuan, merawat kembali benang persaudaraan yang terlanjur kusut, merajut kembali tali persaudaraan yang terancam putus dan kokohnya keberagaman yang terlanjur retak. Selain
itu, kita tetap fokus pembenahan internal PMKRI yang belum tercapai yakni
transformasi organisasi era digital dan pembangunan sumber daya manusia yang
berdaya saing, inovatif, kreatif, dan kompetitif. *(m/w)
KOMENTAR