![]() |
Foto: Wahyu Handoko (Jaket loreng berkacamata) mewakili APINDO DKI Jakarta dalam acara pembukaan |
DKI JAKARTA, VERBIVORA.COM - PMKRI Jakarta Pusat menyelenggarakan kegiatan Pelatihan Young Entrepreneurship bertajuk, “Set Up Your Mind To Be Entrepreneur’’ yang berlangsung di gedung Balai Besar Peningkatan Produktivitas (BBPP) Bekasi pada 26-28 Juli 2019 (Jumat-Minggu).
Menurut Ketua Panitia, Florentina Tawa, sebagai generasi muda tentu kita harus berpikir konstruktif dalam membangun pola hidup kita dalam jangka yang panjang. Ruang entrepreneurship menjadi ruang untuk bisa membawa diri menjadi seorang yang sukses dimasa mendatang. Dalam kesempatan ini, selama tiga hari kita akan menerima materi sekaligus simulasi merangkap praktek berwirausaha secara langsung dari para pelaku usaha yang sesuai dengan produk yang akan dihasilkan. Ungkap Florentina dalam sapaan pembukanya kepada semua peserta yang terlibat mengikuti pelatihan tersebut.
Ketua PMKRI Jakarta Pusat, Ignatius Pati Ola, mempertegaskan hal yang sama ketika memberikan sambutan pembuka, menyampaikan bahwa di Indonesia saat ini berhadapan dengan semakin meningkatnya angka pengangguran, maka sebagai salah satu organisasi pengakaderan yang basisnya adalah usia produktif, kami merasa perlu bahkan sangat sudah menjadi kebutuhan zaman dalam memacu diri untuk dapat menciptakan ruang kreatifitas yang produktif.
PMKRI Jakarta Pusat menyadari betul bahwa ruang menjadi pengusaha menjadi salah satu pilihan yang efektif bagi generasi muda yang ingin sukses dimasa mendatang. Tentu, Harapan kami adalah seluruh peserta mampu mengikuti kegiatan ini secara baik dan dapat diaktualisasikan setelah dari kegiatan ini. Ungkapnya sembari secara resmi membuka kegiatan tersebut.
![]() |
Foto: Peserta sedang menyimak tim Trainer dari Bogasari Baking Center sebelum praktek pembuatan kue |
Wahyu Handoko sebagai salah satu anggota penyatu dan juga bagian dari APINDO turut memberikan apresiasi atas prakarsa dan semangat berwirausaha yang mulai digiatkan kembali di PMKRI. Beliau berharap kegiatan ini tidak hanya dalam tiga hari tetapi perlu ada follouw up sehingga memberikan dampak yang besar bagi yang fokus berwirausaha. Generasi Muda tentu menjadi tolok ukur bangsa ini dalam menatap masa depan yang lebih baik.
Kegiatan tersebut terselenggara berkat kerja sama antara PMKRI dan dukungan dari berbagai pihak dinataranya, Bogasari Baking Center, Indofood, APINDO DKI Jakarta, Du’Anyam, serta Balai Besar Peningkatan Produktivitas Bekasi.
Narasumber yang terlibat dalam pelatihan tersebut adalah Tim Trainer dari Bogasari Baking Center, pendiri kerajinan Kulit Telur, bapak Dwiyono, Marianus Nuban Pelaku usaha Jasuke dan Hannah Keraf dari social entrepreneur Du’a Anyam.
Kegiatan yang sama melibatkan 30 peserta yang ikut mendaftar. Latar belakang kampusnya pun beragam. Mereka pun sangat antusias sejak awal proses berjalan. Karena kegiatan tersebut tidak hanya materi saja, tapi secara langsung praktek dan simulasi. Semangat dan suasana keakraban pun terjalin secara spontan selama kegiatan berlangsung. Para peserta bersemangat karena para narasumber yang hadir adalah pelaku wirausaha sosial itu sendiri.
Sehingga yang mereka bagikan adalah pengalaman nyata dalam membangun sebuah komunitas bisnis. Kekayaan akan pengalaman lapangan tersebut jadi bekal yang mumpuni bagi mereka untuk bisa mengambil keputusan entah untuk bertahan atau menyerah. Bahwa jatuh bangun membangun sebuah wirausaha sosial yang punya nilai jual kelak, semua orang harus siap untuk menerima resiko apapun itu. Berani bertanggung jawab serta kerjasama membangun jaringan sebagai langkah awal bertumbuh bersama dalam berwirausaha.
![]() |
Foto: Peserta sedang fokus membuat kue dari Terigu |
Setelah pembukaan pada hari pertama, para peserta diberi pengantar oleh Wahyu Handoko yang mewakili APINDO. Menurutnya, kunci sukses berwirausaha adalah keberanian untuk mencoba dulu, baru memikirkan bagaimana manajemen dan pranata masa depan konsep bisnisnya. Banyak orang punya modal kapital yang mumpuni namun tidak bisa bertahan dan memulai berwirausaha karena kurang berani. Pikirannya diliputi oleh rasa takut akan kejadian yang menghambat nanti kalau usahanya berjalan, padahal itu hal biasa dalam dunia usaha.
Sementara menurut Nadia, salah satu peserta mengungkapkan kegembiraannya karena banyak ilmu baru yang diperoleh dan bisa membentuk jiwa inovasi dalam dirinya. Baginya pengalaman yang sangat menarik karena baru kali ini dia mengikuti kegiatan entrepreneur yang dipandu langsung oleh pelaku usahanya, sehingga pengalaman berharga mereka menginspirasi kami peserta. Harapannya, semoga kegiatan seperti ini bisa terus dilaksanakan sebagai ajang untuk menciptakan generasi milenial dalam menyambut masa depan dengan berani untuk ciptakan lapangan kerja baru. Ungkap mahasiswa universitas 17 Augustus 1945 Jakarta tersebut.
Pada hari kedua, kegiatan difokuskan langsung pada simulasi dan praktek langsung yang dipandu oleh pelaku usaha yang hadir sebagai narasumber dalam kesempatan yang sama. Dwiyono membuka sesi ini dengan berbagi pengalamannya dalam membangun wirausaha sosial yakni kerajinan Kulit Telur. Baginya membangun wirausaha sosial bisa terinpirasi dari hal-hal yang ada di sekitar kita. Bahkan pengolahan sampah bisa menjadi inspirasi banyak orang untuk menjadikan sesuatu bernilai ekonomis. Pada akhirnya juga keberanian untuk memulai itu juga sangat penting. Mungkin inilah penyakit masyarakat Indonesia selalu terhambat untuk memulai. Intinya tidak ada usaha yang berjalan mulus di dunia ini, semua butuh proses. Artinya pelatihan seperti ini harus sering dilaksanakan. Selepas itu peserta langsung di bagi dalam kelompok untuk memulai praktek yang dipandu oleh Dwiyono sendiri.
![]() |
Foto: Peserta seang fokus melatih kerajinan dari Kulit Telur |
Bagi Rini Goran yang juga peserta, mengutarakan rasa bahagianya, karena banyak nilai dan inspirasi yang dia dapatkan. Kisah inspirasi soal bagaimana sukses berwirausaha, bagaimana mengelola waktu, memilih rekan kerja seperti apa yang mau diajak. Rasanya ingin berhenti kuliah dan membangun komunitas bisnis saja yang suatu saat bisa jadi besar, ungkapnya disertai tawa. Dia berharap generasi milenial ke depan bisa berani untuk membangun wirausaha sosial, jangan pernah takut untuk gagal, sebab perjuangan yang keras tidak akan mengkhianati hasil.
Sejalan dengan itu, tim trainer dari Bogasari Baking Center pun menungkapkan hal yang sama. Menarik untuk sesi ini karena antusias peserta kian terasa dengan praktek pembuatan beberapa contoh makanan yang bahan dasarnya dari tepung Terigu. Hal ini bisa terlihat dari aktivitas peserta yang santai tapi serius. Peserta pun larut dalam tanya jawab tanpa rasa minder karena sembari praktek. Susana pun makin bersahabat karena semua peserta aktif dan serius mempraktekkan apa yang dipandu oleh tim BBC. Para trainer BBC sangat senang dengan antusiasme peserta, sehingga hampir semua peserta langsung bisa membuat kue yang bahan dasarnya Terigu.
![]() |
Foto: Peserta bersama Founder Du'anyam, Hannah Keraf (berdiri barisan depan ketiga dari kiri) |
Sementara Marianus Nuban Pelaku usaha Jasuke menitikberatkan pada niat lalu berani untuk berbuat sesuatu. Pengalamannya membangun usaha hanya mensyaratkan pada dua aspek di atas. Niat mendorong kita untuk berani berbuat. Hal lain adalah, berani untuk bertanggung jawab atas resiko apapun yang akan terjadi nantinya dan jangan pernah merasa malu. Hannah Keraf menekankan pada nilai dan dampak sosial dari komunitas bisnis yang kita bangun. Bahwa keuntungan yang kita pikirkan, tapi inti dari wirausaha sosial adalah dampak sosial dan aspek nilai kultural yang harus jadi pegangan agar kita bisa punya nurani dalam membangun bisnis yang demikian. Indonesia sangat kaya soal nilai-nilai kultural ini, yang bisa dijadikan inspirasi untuk membangun komunitas bisnis yang bersahabat secara sosial budaya. Itulah pengalaman saya bersama teman membangun Du’anyam.
Pada akhirnya, kegiatan ini sebenarnya sebagai langkah awal Pilot Project mengenai transformasi organisasi di tubuh PMKRI yang diselenggarakan di Bandung akhir Februari 2019 lalu. Perlu diakui bahwa PMKRI selama ini sering dilabeli oleh berbagai kalangan bahwa fokus gerakan dan pengkaderan hanya pada lingkungan politik. Transformasi yang telah berlangsung dengan berbagai kegiatan rencana aksi sebagai uji coba akan terus dilakukan.
KOMENTAR