Langkah Maju Hubungan Keamanan Rusia dan AS

HUBUNGAN KEMANAN AS-RUSIA, Moskwa, verbivora.com – Rusia siap membangun kembali hubungan keamanan dengan Amerika Serikat, terutama terkait dengan persoalan terorisme dan kejahatan siber. Hal tersebut diungkapkan Sekretaris Dewan Peasihat Keamanan Presiden Rusia, Vladimir Putin, di Moskwa, sebaimana dilaporkan Reuters, Senin (16/01/2017).

Langkah Maju Hubungan Keamanan Rusia dan AS
Presiden Amerika Serikat Terpilih Donald Trump bersama Presiden Rusia Vladimir Putin.- Foto: Monitorday

Patrushev menyampaikan pernyataan positif itu beberapa hari menjelang pengangkatan Donald Trump menjadi Presiden AS, yang akan berlangsung pada 20 Januari.

Trump sebelumnya juga mengisyaratkan ingin memperbaiki hubungan retak negaranya dengan Rusia, meski badan intelijen AS menuding Putin berada di balik peretas data Pilpres AS, yang merugikan Hillary Clinton, dalam pemilihan presiden lalu.

Rusia membantah tudingan mencampuri Pilpres AS melalui serangan siber atau cara lain. Trump pun membantah tudingan itu. Pada pekan lalu, Trump menepis dugaan bahwa Moskwa mengumpulkan informasi rahasia tentang dirinya yang berpotensi membahayakan.

Dalam wawancara disiarkan pada Senin (16/1/2017), Patrushev mengeluarkan pernyataan positif mengenai kemungkinan kerja sama dengan Washington usai periode dingin di bawah kepemimpinan Presiden Barack Obama.

“Jika pemerintahan Donald Trump tertarik, maka kami siap kembali bekerja sama dengan AS melalui Dewan Keamanan Rusia,” kata Patrushev kepada surat kabar negara, Rossiiskaya Gazeta.

Meski demikian, harian tersebut menambahkan bahwa Patrushev tidak berharap perbaikan yang cepat ataupun pencabutan sanksi – yang diberlakukan pada masa kepresidenan Obama – dengan  segera meningat kedua negara memulai dari titik yang sangat rendah.

Petrushev mengatakan hal tersebut sebelum Trump berjanji akan mencabut sanksi bagi Rusia yang diberlakukan sebagai respon atas aneksasi negara tersebut atas Crimea, jika Kremlin bersedia mengurangi cadangan senjata nuklir mereka.

Pada Senin, Kremlin mengatakan bahwa pihaknya akan menunggu Trump resmi menjadi presiden sebelum menanggapi usulan tokoh tersebut. Trump pernah mengatakan bahwa Rusia bisa menjadi sekutu penting dalam perang melawan kelompok bersenjata radikal seperti kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS).

Mengenai Obama, Petrushev mengatakan bahwa sang presiden yang akan segera turun jabatan itu dengan sengaja mendiskreditkan Rusia karena menyadari runtuhnya kepemimpinan Washington di panggung internasional.

Dalam ringkasan wawancara disiarkan pada Senin (16/1/2017), Petrushev juga mengungkapkan bahwa Rusia menghadapi peningkatan serangan siber dari luar negeri. Dia balik menuding negara Barat, yang selama ini menuduh Kremlin, melakukan hal serupa.* (AT)

RELATED ARTICLES

Most Popular