Ketua KWI Sebut Umat Katolik Indonesia Diberi Contoh Mencintai Tanah Air

Jakarta, Verbivora.com – Mencintai tanah air merupakan salah satu tanggung jawab moral umat Katolik Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 

Ketua Konferensi Waligereja Indonesia, Ignatius Kardinal Suharyo mengatakan, semangat cinta tanah air telah diwariskan oleh para pahlawan nasional di masa lalu.  

“Oleh karena itu tidak heran kalau di dalam Gereja Katolik Indonesia ini kalau saya mengatakan kepada umat Katolik, kita diberi contoh untuk mencintai tanah air oleh para pahlawan,” ujarnya saat membuka acara Catholic Millennial Summit yang digelar secara Hybrid, Jakarta, Jumat (28/1/2022).

Menurut Ignatius, contoh mencintai tanah air itu telah diwariskan oleh para pahlawan nasional dari masyarakat Katolik yang telah mengambil bagian dalam membela dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia di masa lalu. 

“Pahlawan-pahlawan nasional itu lengkap. Dari lingkungan hirarki ada Sugiopranoto, politikus Ignasius Kasimo (murid Van Lith), TNI Angkatan Udara, Agustinus Adisucipto, TNI Angkatan Laut,  Yos Sudarso, Angkatan Darat, Ignasius Slamed Riyadi dan dari Kepolisian ada Pahlawan Revolusi, Karel Sasui Tubun,” paparnya.

Untuk itu, dalam kehidupan berbangsa, jelas Ignatius, watak cinta tanah air mesti dikembangkan di lingkungan masyarakat dengan segala macam terjemahannya. Hal tersebut merujuk pada tiga tonggak sejarah di masa lalu yang menentukan bagi bangsa Indonesia, Kebangkitan Nasional, Sumpah Pemuda, dan Pancasila. 

“Yang sangat menarik adalah sesudah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945 ketika para pendiri bangsa menanyakan landasan negara  kita. Sesudah diskusi pendek, (bukan diskusi panjang), diterimalah Pancasila sebagaimana yang ada sekarang ini dengan menghilangkan 7 kata  pada sila pertama,” ungkapnya.

Menurutnya, keputusan tersebut menunjukkan kesungguhan dan kebesaran jiwa para pendiri bangsa dalam mencintai tanah air yang kini dikenal dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 

“Itu cukup untuk menjadi landasan sejarah bagi kita untuk bertumbuh menjadi warga negara yang semakin mencintai tanah air kita. Tentu saja sebagai mahasiswa Katolik Republik Indonesia, kita butuh  inspirasi yang khusus di dalam Gereja Katolik, supaya yakin bahwa dari sudut iman pun, rasa cinta tanah air adalah suatu kewajiban moral  bagi kita,” jelasnya. 

Oleh karena itu, Ignatius mengatakan, rasa cinta tanah air masih harus diterjemahkan ke dalam berbagai macam langkah aksi  antara lain ikut dalam gerakan moderasi beragama yang sekarang ini sangat penting. 

“Dan dari Departemen Agama kita sudah diajak melihat ukuran moderasi beragama. Ukuran yang pertama adalah komitmen terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Pancasila. Ukuran yang kedua adalah toleransi. Ukuran yang ketiga, anti kekerasan dan ukuran keempat adalah menerima budaya sejauh tidak berlawanan dengan iman,” ungkapnya. 

Watak Bangsa Indonesia

Dalam konteks kebersamaan dalam persaudaraan yang sejalan dengan Ensiklik Frattelli Tutti, Ketua KWI tersebut juga menekankan perlunya sikap kepedulian sebagai bangsa Indonesia. Merujuk pada hasil penelitian Charities Eight Foundation, Ignatius mengatakan, lembaga internasional yang setiap tahun meneliti world giving index (Indeks Memberi Global) itu mengungkapkan, Indonesia ditempatkan pada nomor 1 dari 146 negara dalam hal kerelaan memberi. Sedangkan lembaga kedua, Legatum Prosperity Index, yang meneliti 167 negara menyebutkan, Indonesia ditempatkan pada nomor 6 dalam hal modal sosial.

“Dari situ saya sampai pada kesimpulan, watak yang mesti kita bangun adalah watak kepedulian. Sebagai umat beriman tentu harus mencari inspirasi iman. Motivasinya banyak. Inspirasinya  pasti dari iman  Katolik dan judulnya adalah Allah yang kita imani adalah Allah yang peduli terhadap mausia dan alam lingkungan. Kepada manusia diberi tugas untuk merawat dan mengusahakan bumi. Tidak merusak tetapi merawat,” jelasnya.

Untuk itu lanjut Ignatius, salah satu yang sedang diperjuangkan di Keuskupan Agung Jakarta khususnya dan di dalam komunitas Konferensi Waligereja Indonesia pada umumnya adalah Ajaran Sosial Gereja. 

“Kalau dirumuskan secara singkat, ada lima. Pertama adalah  hormat terhadap martabat manusia. Kedua, kebaikan bersama, ketiga, solidaritas, keempat, memberi perhatian lebih kepada saudari-saudara kita yang kekurangan dan yang kelima adalah merawat pertanggungjawaban terhadap   kelestarian ciptaan,” jelasnya. 

Oleh sebab itu Ignatius menegaskan, kalau memang ingin menjadi sudara bagi semua, maka kelima hal tersebut yang mestinya diusahakan umat Katolik sebagai sebagai bagian dari Bangsa Indonesia.

“Kita mesti menjadi pribadi-pribadi yang mencintai tanah air kita dengan segala macam terjemahannya. Dan kita mesti merawat dan mengembangkan watak dasar Bangsa kita yang bisa hilang karena arus zaman yaitu watak kepedulian,” paparnya.

Pada kesempatan tersebut, Ketua KWI itu juga mengapresiasi Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia yang telah menginisiasi kegiatan Catholic Millennial Summit yang secara khusus mendiskusikan tentang dua dokumen penting Gereja Katolik, Ensiklik Frattelli Tutti dan Laudato Si

“Mewakili Konferensi Waligereja Indonesia, saya mengucapkan selamat kepada komunitas PMKRI yang menginisiasi perjumpaan ini. Kalau masih boleh usul, nanti dipertimbangkan untuk mengambil dokumen yang ketiga yaitu dokumen Abu Dhabi yang ditandatangani oleh Paus Fransiskus dan Imam Besar Al-Azhar, Sheikh Ahmed Al Tayyeb yang berjudul Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian dan Hidup Bersama,” harapnya. 

Acara Catholic Millennial Summit (CMS) tersebut dihadiri Menteri Agama yang diwakili Plt. Dirjen Bimas Katolik, Albertus Magnus Sumardjono, Para Pengurus Cipayung, Jajaran Pengurus Pusat PMKRI dan anggota aktif PMKRI di seluruh Indonesia. *(AR)

Ketua KWI Sebut Umat Katolik Indonesia Diberi Contoh Mencintai Tanah Air
Mgr. Ignatius Kardinal Suharyo, saat pembukaan acara Catholic Millennial Summit di Auditorium Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Jumat (28/1/2022)/ist.

RELATED ARTICLES

Most Popular